INDONESIA harus mencetak para pemimpin dengan kepemimpinan digital atau digital leadership dalam menghadapi transformasi digital sekaligus membangun kohesi kebangsaan.
Selain tantangan di era revolusi industry 4.0, kondisi VUCA yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 juga semakin membuat digital leadership menjadi lebih relevan.
“Hal ini merupakan tantangan ke depan dimana pandemi membuat semua jadi lebih cepat dan terlihat. Semoga kita bersama-sama bisa melewati ini,” kata Andre Rahadian, Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dalam siaran pers Senin 13/12/2021.
CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro menambahkan, digital leadership memiliki kesamaan dengan konsep kepemimpinan pada umumnya yakni mencapai tujuan bersama.
Namun, perbedaannya, dalam digital leadership terdapat faktor-faktor digital yang jauh lebih banyak dan lebih maju dari sebelumnya.
“Contohnya dulu rapat kita harus hadir secara fisik, bergantian bicara, kemudian ada keputusan. Sekarang tidak harus ketemu fisik. Ada video conference dan sebagainya,” papar Eddi.
Selain perbedaan dalam mode berkomunikasi, ada perbedaan juga dalam pengambilan keputusan. Saat ini, Eddi menyoroti keputusan bisa diambil dengan lebih cepat berkat adanya dukungan teknologi seperti ponsel maupun aplikasi pesan. Meski begitu, pengambilan keputusan yang cepat juga memilki sisi negatifnya karena tak semua SDM mampu beradaptasi.
“Ini perkembangan baru yang kita lalui bersama. Tidak ada pilihan. Di era digital, keputusan harus menyesuaikan, termasuk cara organisasi bekerja. Kalau tidak menyesuaikan kita akan ketinggalan,” kata dia.
Berbicara tentang digital leadership, Founder dan CEO Privy ID Marshall Pribadi meyakini pemimpin yang bisa mengikuti perkembangan zaman adalah mereka yang bisa mengikuti perkembangan metode komunikasi.
Saat ini, berdasarkan survei di seluruh dunia, komunikasi dengan aplikasi pesan seperti Whatsapp sudah jadi pilihan utama metode komunikasi baik oleh para pemimpin maupun staf. Selain itu, Marshall juga menekankan penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki mindset digital. COVID-19 membuat norma dalam dunia profesional telah bergeser menjadi bekerja dari rumah.
Sementara itu, untuk menangkap kesempatan dalam dunia digital, Country GM AWS Indonesia Gunawan Susanto mendorong pada pemimpin untuk memiliki budaya inovasi dalam perusahaan dan organisasi. Salah satu caranya adalah dengan mendengarkan kebutuhan dari para konsumen. Bagi Gunawan, inovasi dalam berbisnis dengan teknologi bukan sekadar ikut tren, tapi karena ada pemahaman akan kebutuhan para konsumen.
“Contohnya Amazon Go untuk toko ritel yang tidak pakai kasir, bukan cuma sekadar keren-kerenan, tapi itu dibuat karena ada kebutuhan sekelompok masyarakat di mana Amazon Company melihat ada segmen masyarakat tertentu yang punya waktu sangat minim dan mereka mau beli cepat,” cetusnya.
Lebih jauh, Gunawan juga mendorong pentingnya dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk menanamkan dan mendorong budaya eksperimen. Dalam menjalankan eksperimen, mulailah dari proyek yang kecil dan dengan target waktu tertentu. Selanjutnya, penting dalam memiliki data point yang kuat.
“Kita sebagai organisasi yang punya budaya inovasi tinggi akan harus punya orang yang berani bereksperimen dan mengambil keputusan,” tuntasnya.
Leadership sharing foum merupakan forum webinar persembahan Alumni Center ILUNI UI yang mengundang para pemimpin di berbagai sektor untuk berbagi kiat-kiat kepemimpinan sesuai tantangan yang ada. Forum ini hadir dalam rangkaian webinar dengan berbagai tema leadership mulai dari kisah sukses perempuan pemimpin, strategic thinking dan driving execution, hingga leadership di era digital. (lif/zal)