PEKAN Budaya Tionghoa Yogyakarta ke XVII tahun 2022 kembali dilaksanakan secara virtual, pada tanggal 11 hingga 15 Februari 2022, mengingat situasi masih ditengah pandemi covid-19.
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang merupakan salah satu even kebudayaan ini diselenggarakan dalam rangka merayakan Tahun Baru Imlek 2573 dan merupakan kerja bareng Jogja Chinese Art & Culture Centre (JCACC) beserta Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Diakui Ketua Panitia Pelaksana PBTY XVII Antonius Simon, konsep virtual ini merupakan kali kedua, dan juga sebagai langkah mendukung program pemerintah dalam pengendalian pandemi covid-19.
“PBTY XVII tahun 2022 dibuka dengan konsep virtual melalui kanal youtube PBTY Channel,” ujar Antonius Simon, Sabtu 5 Februari 2022.
Diakui Antonius Simon banyak pihak yang mempertanyakan kenapa PBTY kali ini tidak dilaksanakan secara langsung. Dia menjawab, JCACC mempertimbangkan untuk diselenggarakan secara virtual dahulu tahun ini.
“Melihat pengalaman bagaimana antusiasme masyarakat untuk datang ke Ketandan, akan sangat beresiko jika tahun ini diselenggarakan secara langsung. Karena jika mengacu data PBTY tahun-tahun sebelumnya, di Ketandan akan masuk 10.000 orang lebih per harinya. Ketandan akan berjubel pengunjung dan menurut kami itu akan sangat beresiko,” jelasnya.
Menyinggung perijinan dari Satgas Covid-19, disebutkan Antonius Simon pihaknya sudah mempersiapkan dan mengirimkan surat permohonan rekomendasi kepada Satgas Covid-19 Kota Yogyakarta, dan juga ditembuskan ke wilayah-wilayah terkait.
“Tentunya masih dalam proses dan semoga rekomendasi segera keluar. Karena kami sudah semaksimal mungkin untuk mempersiapkan acara sesuai dengan protokol kesehatan seperti himbauan 5M, mengenakan masker, tempat cuci tangan, tidak menimbulkan kerumunan, serta kami juga akan lakukan antigen untuk seluruh panitia, crew vendor, dan pengisi acara tiap harinya,” katanya.
Untuk tema yang diangkat tahun ini pada PBTY XVII adalah Lestari Budayaku, Mewangi Negeriku. Dijelaskan Antonius Simon mengapa memilih tema tersebut, karena ada pepatah Tiongkok yang juga mengatakan jika ingin menghancurkan suatu bangsa, anda dapat mulai dari menghancurkan kebudayannya.
“Maka jika kita dapat mempertahankan dan mengajarkan budaya kita secara turun temurun, maka niscaya negeri kita juga dapat bertahan. Karena bangsa tanpa budaya adalah bangsa yang mudah dipecah belah dan di porakporandakan,” tambahnya.
Sementara Koordinator Bidang Acara Gaya Saputro membeberkan jadwal kegiatan selama PBTY XVII berlangsung yang akan disiarkan secara virtual melalui kanal youtube PBTY Channel.
“Pembukaan PBTY tahun ini akan dilaksanakan di Rumah Budaya Ketandan, kemudian akan dilaksanakan Grand Final pemilihan Koko Cici Jogja tahun 2022 di Sleman City Hall, lalu hari ketiga hingga penutupan, PBTY akan dilaksanakan di Perkumpulan Budi Abadi/Hoo Hap Hwe, Jl Bintaran Wetan. Semua rangkaian acara PBTY dapat disaksikan secara virtual melalui kanal youtube PBTY Channel,” terang Gaya.
Dia juga menambahkan, selain itu juga akan ada Webinar, Podcast, oriental dan tradisional performance, festival barongsai, permainan liong, live music, sejarah pembuatan kue keranjang, dan serba serbi masakan sembahyang Imlek. (mar)