Herbal, Alternatif Menghadapi Pandemi Covid-19

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Dan keanekaragaman hayati Indonesia merupakan nomor dua terbesar di dunia setelah Brazil.

Hal itu disampaikan Prof apt Nurkhasanah, SSi, MSi, PhD dalam Sidang Terbuka Senat UAD Yogyakarta berupa pidato pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Farmasi di Amphitarium UAD Lantai 9 Kampus Utama, Jl Ahmad Yani, Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Selasa (24/11/2020).

Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr Chairil Anwar, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V DIY Prof Dr Didi Achyari, SE, MCom, Ak, CA, Ketua BPH UAD Prof Dr Marsudi Triatmojo, SH, MML dan Dekan Fakultas Farmasi Prof Dr apt Dyah Aryani Perwitasari, MSi, PhD.

Ketika menyampaikan pidatonya berjudul “Potensi Herbal Indonesia sebagai Immunostimulan: Alternatif Menghadapi Pandemi Covid-19”, perempuan kelahiran Magelang 9 November 1972 ini mengatakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati.

Menurutnya, di Indonesia ada 940 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat untuk preventif, promotif ataupun kuratif.

Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar. “Tidak hanya bidang kesehatan, tapi juga bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya,” kata Nurkhasanah, yang menambahkan adanya pandemi Covid-19 ini menuntut untuk kreatif dan inovatif agar tetap bisa survive.

Kakak dari Nurul Umroh, Faizatus Sholihah dan Marya Ulfah ini menjelaskan, salah satu strategi yang harus diambil dalam menghadapi pandemi Covid-19 adalah mencegah (preventif). “Sehingga biaya pengobatan dan dampak lain dapat diminimalkan,” kata Nurkhasanah.

Usaha preventif dengan meningkatkan sistem immune melalui penggunaan tanaman obat adalah salah satu strategi yang tepat. “Beberapa tanaman telah dikembangkan dan dibuktikan di laboratorium Universitas Ahmad Dahlan,” papar putri sulung Drs H Muchsin Idham (alm) dan Ibu Ainal Mardiyyah.

Dikatakannya, China telah berhasil mengatasi pandemi Covid-19 dengan baik. “Sementara obat dan vaksin belum diperoleh, China menggunakan berbagai resep dan ramuan herbal medicine untuk mengatasi Covid-19,” kata isteri Dr Muchlis dan ibu dari Ahmad Zakki Idham, Ahmad Faqih Idham dan Fathan Kamal Idham.

Dari ramuan yang sudah digunakan dalam pengobatan di China, kata Nurkhasanah, bisa dijadikan pegangan bagi pengembangan herbal di Indonesia untuk mengatasi Covid-19.

Rektor UAD, Dr Muchlas, MT, mengucapkan selamat kepada Prof apt Nurkhasanah, SSi, MSi, PhD, setelah melalui proses hirarkis cukup panjang menjadi guru besar, yang semuanya itu bisa dilalui dengan tekun dan semangat tanpa menyerah.

“Setelah jadi guru besar tugasnya semakin besar dan saya berharap untuk terus menambah karya riset dan inovasi di bidang iptek,” kata Muchlas.

Bagi Muchlas, dengan dikukuhkannya sebagai guru besar dapat mengawal riset-riset yang dilakukan dosen UAD Yogyakarta. “Selain itu bisa menjaga dan meningkatkan keilmuannya serta membagi risetnya,” kata Muchlas.

Dikatakan Muchlas, salah satu tantangan UAD Yogyakarta dan Perguruan Tinggi lainnya di Indonesia saat ini adalah kurang cepatnya penambahan kualifikasi dan jabatan akademik, khususnya Lektor Kepala dan Guru Besar. “Saya mengapresiasi Prof Nurhasanah yang bisa mencapai jabatan akademik tertinggi dengan semangat ketekunan,” kata Muchlas.

Saat ini, dikatakan Muchlas, untuk memperoleh akreditas unggul ada tuntutan akreditasi dengan sembilan kriteria. “Salah satu syaratnya adalah pada aspek kualifikasi akademik dan jabatan akademik dosen tetap,” kata Muchlas.

Tahun 2021 di UAD Yogyakarta diharapkan sudah memiliki program yang lengkap: S1, S2 dan S3. “Hal itu untuk percepatan Lektor Kepala dan Guru Besar bagi dosen UAD Yogyakarta,” kata Muchlas.

Di sisi lain, Kepala LLDIKTI Wilayah V DIY, Prof Dr Didi Achyari, SE, MCom, Ak, CA, bangga melihat kemajuan UAD Yogyakarta.

“Muhammadiyah sangat luar biasa dalam menyumbang guru besar di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V DIY,” terang Didi Achyar sambil menambahkan saat ini ada 108 guru besar di LLDIKTI Wilayah V DIY.

Dikatakan Didi, upaya UAD Yogyakarta dalam meningkatkan mutu akademik dan akreditasi betul-betul luar biasa. “Hal itu untuk menuju kampus unggulan,” tandasnya.

Dikatakannya, apabila mutu pendidikan di UAD Yogyakarta bisa ditingkatkan, secara tidak langsung juga bisa meningkatkan mutu pendidikan di Yogyakarta.

Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof Dr Chairil Anwar, berharap agar farmasi di UAD bisa berkembang lagi setelah dikukuhkannya Prof apt Nurkhasanah, SSi, MSi, PhD sebagai guru besar bidang farmasi. “Kiprahnya ditunggu untuk menyongsong kemajuan bangsa,” kata Chairil. (Affan)

Exit mobile version