MASALAH pembangunan kebudayaan di Kabupaten Bantul sepenuhnya tidak bisa diserahkan kepada Dinas Kebudayaan saja. Karena masalah ini sangat luas, bukan hanya pada kesenian yang kita tonton seperti wayang kulit, kethoprak, jathilan, angguk serta upacara adat lainnya. Kebudayaan itu mencakup cipta, rasa dan karsa.
Hal itu disampaikan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pada acara Harlah Pertama Paksi Katon di gedung induk Kompleks Manding, Kamis (17/11/2022). Hadir Ketua Paksi Katon DIY KRT. Condro Padmonegoro atau Romo Suhud, Kapolres Bantul AKBP Ihsan, S.IK, Dandim Bantul Letkol Inf. Afif Hermad, SIP, Ketua FPRB Bantul Waljito SH serta kepala dinas yang terkait.
Selain itu masih ada satu budaya atau sifat yakni karakter. Hal inilah yang bisa membedakan warga Bantul dan DIY dengan warga lainnya. Sehingga karakter sering diartikan sebagai budaya ksatriya. Hal ini meliputi greget, nyawiji, golong gilik sengguh ora mingkuh mangasah mangasuh dan hamemayu hayuning bawono.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga mengapresiasi kepada Paksi Katon dan berharap akan selalu dekat dengan masyarakat karena Paksi Katon ada dimana mana.
Ketua Paksi Katon Bantul Santoso mengatakan, Paksi Katon dalam prakteknya bukan hanya sebagai mitra polisi tetap juga mitra relawan.
Santoso menyampaikan, selama empat belas tahun baru kali ini bisa melakukan pertemuan Ini disebabkan dinamika organisasi yg mengalami pasang surut. “Perkembanganya sekarang cukup menggembirakan. Awalnya hanya 14 anggota kini menjadi 279 anggota,” katanya. (zai/rth)
Discussion about this post