JEJAK sejarah yang bisa kita daftar lagi akan menjadi distingtif dari Muhammadiyah di DIY dibanding yang lain. “Di mana punya akar sejarah dan punya jejak sejarah,” ungkap Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Di sela-sela acara Muhammadiyah Jogja Expo #2 di Kampus Utama UAD, Jl Jenderal Ahmad Yani, Ringroad Selatan, Kragilan, Kalurahan Tamanan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, pada 6 Oktober 2022, Haedar mengatakan bahwa Muhammadiyah DIY itu punya tiga karakter khusus.
Pertama, di Yogyakarta lahirnya Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Bahkan bukan hanya itu, juga tonggak penting dari Muhammadiyah lahir di Yogyakarta,” ungkap Haedar.
Kedua, PKU Muhammadiyah pertama di Yogyakarta. Kemudian, TK ABA pertama di Kauman. “Itu juga sebagai TK pertama,” papar Haedar.
Ketiga, majalah Suara Muhammadiyah tahun 1915 lahir di Yogyakarta. Majalah Suara Aisyiyah tahun 1926 juga di Yogyakarta.
Bagi Haedar, jejak sejarah Muhammadiyah Yogyakarta turut jadi kota penting dalam momen Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah yang akan berlangsung di Surakarta pada 18-20 November 2022.
“Cukup singkat memang, seperti keputusan tanwir,” papar Haedar Nashir, yang menerangkan pada 5-6 November 2022 direncanakan akan ada sidang pendahuluan.
PP Muhammadiyah akan membahas seluruh materi muktamar yang polanya blended. Dan PP Muhammadiyah akan hadir secara offline di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai pusat muktamar.
Kemudian, para peserta yang sudah memperoleh bahan dua minggu yang lalu bisa mempelajarinya. “Sehingga di muktamar nanti tidak ada lagi pembahasan secara detail,” tandas Haedar, yang menambahkan hal tersebut tinggal mengambil keputusan.
Dikatakan Haedar, dalam dua hari itu bahan muktamar diharapkan sudah dapat disempurnakan, direvisi dan diambil keputusan tentang berbagai materi yang penting. “Materinya cukup lengkap,” kata Haedar Nashir.
Adapun yang paling lengkap, kata Haedar, misalkan Muhammadiyah sudah menyusun dokumen resmi tentang Risalah Islam Berkemajuan.
Kata Haedar, ini kelanjutan dari pernyataan pikiran Muhammadiyah abad ke-2 tahun 2010 di Yogyakarta. “Sehingga konsep Islam berkemajuan itu makin lengkap, detail dan punya pijakan pada dasar-dasar ajaran Islam baik itu Al-Qur’an maupun Hadits yang kuat. Tentu juga dengan perspektif keislaman Muhammadiyah,” ungkap Haedar.
Materi-materi lain, dijelaskan Haedar, sama. “Sebagaimana muktamar-muktamar sebelumnya,” ungkap Haedar, yang berharap muktamar akan berjalan baik dan penggembira diharapkan juga seksama serta gembira biarpun padat.
Menyinggung DIY, Haedar yakin akan menjadi pusat penting dari proses muktamar. “Karena dekat dengan Surakarta, bahkan nanti juga akan banyak peserta yang turun di Bandara Yogyakarta sehingga tentu saja DIY akan menjadi tuan rumah juga,” kata Haedar.
Nantinya penginapan di Surakarta sudah padat. Boleh jadi nanti juga akan banyak di DIY. “Sehingga saya yakin, panitia atau Muhammadiyah DIY juga perlu menyiapkan bagaimana agar kita juga bisa menjadi panitia secara khusus di Yogyakarta,” terang Haedar.
Apalagi DIY punya banyak AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang besar. “Silakan dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga Yogyakarta ikut menjadi bagian penting dari syiar muktamar,” kata Haedar, yang menambahkan hampir semua peserta muktamar dan penggembira akan datang ke Yogyakarta.
Ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah sampai ke pelosok terjauh di awal tahun 2022, mereka mengatakan dengan semangat untuk datang ke Surakarta. Dan tentu saja memanfaatkan momen itu untuk datang ke Yogyakarta. (Fan)
Discussion about this post