FESTIVAL seni pertunjukan Gulali Festival kembali digelar pada tahun 2025, mengusung tema “Berteman Rumah”. Diselenggarakan dua tahun sekali, festival ini dirancang khusus untuk penonton anak dan keluarga.
Festival ini diinisiasi oleh dua seniman: Ria Papermoon (Papermoon Puppet Theatre) dan Ariyo Zidni (Ayo Dongeng Indonesia), serta akan
berlangsung pada Agustus dan Oktober 2025, secara daring dan luring dengan pusat kegiatan di Yogyakarta.
Gulali Lab: Proses di Balik Karya-Karya Pertunjukan Gulali Festival
Salah satu program utama dalam ekosistem festival ini adalah Gulali Lab, program pendampingan bagi seniman pertunjukan dari berbagai daerah di Indonesia. Selama 15 minggu, seniman terpilih mendapatkan bimbingan dari fasilitator nasional dan internasional untuk mengembangkan karya seni pertunjukan yang berpihak pada anak.
Gulali Lab dilaksanakan secara daring dengan pendekatan peer group, dan menjadi ruang aman bagi seniman untuk bereksperimen serta bertumbuh bersama. Karya-karya hasil Gulali Lab akan menjadi bagian utama pertunjukan di rangkaian Gulali Festival.
Pada tahun ini, 9 kelompok seniman dari Bandung, Tegal, Yogyakarta, Jakarta, Makassar, Jombang, Semarang, Padang & Maumere terpilih untuk mengikuti Gulali Lab #3 2025.
Yang istimewa, seperti tahun-tahun penyelenggaraan sebelumnya, proses seleksi seniman tidak hanya dilakukan oleh tim kurator dewasa, tetapi juga melibatkan juri anak.
Keterlibatan juri anak dalam proses seleksi menjadi wujud nyata komitmen Gulali dalam menempatkan anak sebagai subyek aktif, bukan sekadar penonton pasif. Anak-anak diajak menonton, berdiskusi dan memberi tanggapan atas proposal pertunjukan dari para seniman
dan suara mereka turut menentukan seniman mana yang lolos.
Mengapa Ada Gulali Festival dan Gulali Lab?
Menurut Ria Papermoon, Gulali Festival dan Gulali Lab lahir dari kebutuhan nyata di lapangan. Akses terhadap seni pertunjukan yang layak untuk anak dan keluarga masih sangat terbatas. Di sisi lain, masih sulit menemukan seniman yang benar-benar menempatkan anak sebagai pusat karya mereka.
Banyak pertunjukan untuk anak terlalu menasihati atau sekadar menjadi hiburan visual, tanpa menghadirkan ruang bagi anak untuk merasa, berpikir, dan terlibat secara utuh sebagai penonton.
“Kami ingin membangun ekosistem seni pertunjukan yang inklusif dan ramah pada penonton anak. Ingin merayakan seni yang imajinatif, dan tidak menggurui. Sudah saatnya dan seharusnya anak-anak menikmati pertunjukan seni terbaik untuk mereka. Tidak hanya sekadar penuh warna, lucu, dan didaktif,” kata Ria Papermoon, co-founder Gulali Festival.
Gulali juga hadir dari kerinduan untuk mempertemukan penonton dengan karya yang bagus untuk anak dan sekaligus tetap bermakna untuk penonton dewasa. Karena karya seni yang tulus dan menyentuh, biasanya melampaui batas usia.
Tema 2025: Berteman Rumah
Melalui tema tahun ini “Berteman Rumah”, Gulali Festival ingin mengajak anak-anak dan keluarga untuk kembali menemukan dan merawat makna rumah, bukan hanya sebagai tempat
tinggal, tetapi sebagai ruang tumbuh bersama.
‘Rumah adalah tempat segala hal bermula.’
Rumah sejatinya adalah ruang aman di mana seluruh anggota keluarga, termasuk anak, dapat berkembang dengan nyaman dan utuh. Tapi rumah bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja. Ia perlu diingat kembali, diperjuangkan, dan dirawat bersama.
Gulali Festival 2025 mengundang seluruh anggota keluarga untuk bersama-sama menghidupkan kembali semangat rumah sebagai tempat yang mengakrabkan dan menguatkan.
Melalui pertunjukan seni, lokakarya, diskusi, dan berbagai aktivitas lainnya, festival ini ingin menciptakan ruang yang hangat, inklusif, dan menyenangkan untuk saling terhubung.
Gulali Festival ingin menjadi rumah bersama: tempat pulang yang nyaman menyenangkan, tempat bertemu yang aman, dan tempat tumbuh yang diupayakan bersama melalui seni
pertunjukan.
Anak sebagai Penonton yang Didengar
Di Gulali Festival, anak tidak hanya diajak menonton pertunjukan, tapi juga diberi ruang untuk merespons, bertanya, dan berdiskusi langsung dengan para seniman. Melalui sesi artist talk, mereka dapat mengekspresikan pendapat, rasa ingin tahu, dan pemaknaan mereka terhadap karya yang baru saja mereka saksikan.
Bagi Gulali, pengalaman menonton bukanlah proses satu arah. Festival ini percaya bahwa ketika anak dihargai sebagai penonton yang aktif yang pikirannya didengar dan rasanya diakui, seni bisa menjadi jembatan yang mempertemukan rasa, membangun relasi, dan mendukung tumbuhnya keberanian untuk bersuara.
Rangkaian Program Gulali Festival 2025
Gulali Online Festival
1–3 Agustus 2025
Karya peserta Gulali Lab #3 ditayangkan secara daring dan disaksikan serentak di 38 provinsi melalui jaringan Kantong Gulali (komunitas/rumah baca/ruang main anak yang menjadi partner nonton bareng Gulali Festival).
Setiap pemutaran dilengkapi dengan sesi artist talk (ruang bincang antara seniman dan penonton anak).
Gulali Offline Festival
24–26 Oktober 2025 | Ruang Pana, Yogyakarta
Menampilkan pertunjukan dari alumni Gulali Lab 2021 & 2023, serta seniman tamu dari Indonesia dan luar negeri, termasuk:
● Teater Strik (Slovenia–Austria)
● Reda Gaudiamo x Seniman Gulali Lab 2021
● The Sasonosfam x Borneo Art Play
● Sal Priadi and Friends. (*)
Discussion about this post