PERKUMPULAN Ekonomi Indonesia-Jerman (AHK Indonesia/EKONID) dan GoetheInstitut Indonesien telah memperkuat kemitraan mereka melalui penandatanganan nota
kesepahaman (MoU) di Jakarta pada Selasa, 4 Februari 2025.
Kemitraan ini bertujuan untuk
membekali tenaga kerja ahli Indonesia dengan informasi paling komprehensif untuk
menghadapi tantangan tinggal dan bekerja di Jerman.
Direktur Eksekutif EKONID Jan Rönnfeld dan Wakil Direktur Goethe-Institut Asia Tenggara,
Australia, dan Selandia Baru Ulrike Drissner menandatangani nota kesepahaman di kantor
EKONID di Menteng, Jakarta.
Acara penandatanganan disaksikan oleh perwakilan dari
Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, GIZ, dan DAAD.
Jerman sedang mengalami kekurangan pekerja terampil dan sejak 2018 telah meluncurkan
berbagai inisiatif untuk menarik talenta berkualitas dari luar negeri. Inisiatif tersebut antara
lain Undang-undang Imigrasi Tenaga Kerja Terampil (FEG) tahun 2020, yang memungkinkan
tenaga kerja berkualitas dari negara-negara non-Uni Eropa bekerja di Jerman.
Indonesia,
dengan jumlah tenaga kerja ahli yang besar, memiliki potensi yang signifikan. Namun, para
calon pekerja sering kali menemui rintangan seperti pengakuan atas kualifikasi, hambatan
kebahasaan, dan integrasi kultural.
Melalui kemitraan ini, EKONID dan Goethe-Institut Indonesien akan semakin mengembangkan dan memperluas layanan konseling yang telah ada untuk tenaga kerja ahli Indonesia.
Kedua belah pihak juga akan berkolaborasi dengan menyelenggarakan acara dan
aktivitas bersama guna melayani kelompok demografis ini dengan lebih baik lagi.
Jan Rönnfeld menyatakan, sejak tahun 1915, EKONID telah menjadi penghubung strategis antara
perekonomian Jerman dan Indonesia, di mana sumber daya manusia memegang peran
penting.
“Melalui proyek ProRecognition, yang diluncurkan tahun lalu, kami bermaksud menghubungkan talenta terampil dari Indonesia dengan peluang di Jerman,” ujarnya.
Menurutnya, bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesien, kami akan membantu tenaga-tenaga profesional Indonesia melewati proses yang diperlukan untuk bekerja di Jerman.
“Inisiatif ini menanggapi
kekurangan tenaga kerja ahli di Jerman dengan menawarkan peluang bagi tenaga kerja
Indonesia dan menyediakan keterampilan bagi dunia usaha Jerman,” urainya.
Ulrike Drissner mengutarakan bahwa, Goethe-Institut di Indonesia telah membantu banyak
orang Indonesia menyiapkan diri untuk bekerja dan kuliah di Jerman, yaitu melalui kursus
bahasa Jerman, ujian bahasa Jerman, serta program untuk tenaga pengajar bahasa Jerman
di sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia.
“Dengan penandatanganan MoU dengan EKONID, kami berkeyakinan bahwa kami akan menciptakan semakin banyak kesempatan
baik untuk memuluskan peralihan ke pasar tenaga kerja Jerman,” tegasnya.
EKONID, lanjutnya, selaku antarmuka strategis antara perekonomian Jerman dan Indonesia, akan
memberi arahan mengenai, antara lain, pengakuan atas kualifikasi profesi dari luar negeri,
akses ke pasar tenaga kerja, serta prosedur untuk masuk dan menetap di Jerman.
“Sementara, sebagai bagian dari proyek pra-integrasi di Kawasan Asia Tenggara, GoetheInstitut Indonesien selaku institut kebudayaan Republik Federal Jerman akan mewadahi
tenaga kerja ahli yang berminat dan mempersiapkan mereka dalam hal kemampuan bahasa
berikut pengetahuan antarbudaya dan pengetahuan regional,” pungkasnya. (fus/kal)
Discussion about this post