Dosen UGM: Serang Aparat Sama Saja Serang Negara

DOSEN Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bagas Pujilaksono Widyakanigara, mendukung tindakan tegas polisi di lapangan terhadap oknum anggota ormas yang telah menyerang aparat dengan senjata tajam dan senjata api.

“Menurut saya, menyerang aparat kepolisian sama artinya menyerang negara. Karena, aparat kepolisian diberi kewenangan oleh UU untuk menjaga keamanan dan melindungi keselamatan seluruh rakyat Indonesia. Polisi hadir dalam konteks tersebut, sebagai wujud dari kehadiran negara. Jelas, menyerang aparat kepolisian sama artinya menyerang negara. Tindak tegas, jangan ragu-ragu!,” kata Bagas Pujilaksono dalam pesan elektronik yang diterima Inilah Jogja Rabu 9 Desember 2020 malam.

Menurutnya, semua orang kedudukannya sama di depan hukum. Tidak ada perlakuan istimewa dan heboh pada orang tertentu.

Panggilan pertama dan kedua mangkir, panggil paksa, demi rasa keadilan di masyarakat! Analogi-analogi yang tidak masuk akal dan mengada-ada hanyalah perilaku pengecut yang takut pada perbuatan kriminalnya.

“Di negeri ini tidak ada kriminalisasi ulama! Yang ada adalah orang-orang dari kelompok tertentu yang minta diakui sebagai ulama yang berbuat banyak kasus kriminal alias menumpuk! Sehingga butuh jargon-jargon politik Kriminalisasi ulama, agar bisa berkelit, dan leluasa menghindar atas semua kasus hukumnya,” terangnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, perilaku mereka jauh dari perbuatan terpuji dan tidak mewakili umat Islam secara keseluruhan di Indonesia. Ulama atau pemuka agama lain sekalipun, juga manusia biasa, berbuat kriminal, ya harus diproses hukum secara adil dan transparan. Apa tidak malu dengan maling ayam yang patuh hukum?

“Tidak perlu dekotomis TNI vs. Polri. TNI-Polri adalah satu, alat negara yang menjaga keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang Berbhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.

Masih menurutnya, penyerangan aparat kepolisian, sudah bisa dikategorikan tindakan teror apalagi dengan senjata tajam dan senjata api. Teror bukan hanya urusan keamanan namun sudah masuk wilayah pertahanan negara. Ancaman pertahanan negara bisa dari luar dan dalam.

“TNI harus terlibat membabat habis ormas-ormas yang hanya bikin keributan, keresahan, memprovokasi, dan menistakan agama di masyarakat. Kami rakyat Indonesia sungguh sangat muak dengan ormas berperilaku preman. Tumpas habis mereka, seperti saat TNI menumpas habis PKI di tahun 1965. Saya sangat bangga dengan TNI!,” ucapnya.

Dirinya meminta agar polisi tidak menghiraukan ocehan politikus-politikus busuk yang sudah kehilangan akal waras dan tidak jelas keberpihakannya. Katanya demi rakyat, kenyataannya hanya demi anak cucunya! Demi rakyat? Rakyat yang mana? Mereka hanya kelompok orang birahi politiknya terlalu tinggi alias sudah ngebet pingin jadi Presiden RI di tahun 2024! Siapa yang mau milih?

“HAM bukan hanya milik kelompok orang yang dicitrakan seolah-olah pahlawan atau pejuang agama, yang realitanya perilakunya hanya sekelas preman busuk. Namun, HAM juga milik kami, yang selama ini diacak-acak, dan dipersekusi oleh preman-preman tersebut. Jelas, HAM bukan hanya milik teroris, namun juga milik rakyat Indonesia,” kata Bagas Pujilaksono.

Masih menurutnya, sangat logis kondisi saat ini, jika konsep konspirasi politik antara teroris-ormas-parpol bisa dipahami dengan baik. Sangat nyata dan jelas! Lagu lama.

“Sekali lagi, kami rakyat Indonesia mendukung penuh langkah-langkah yang ditempuh TNI-Polri dalam membumi hanguskan habitat ormas-ormas preman yang hanya menjadi sumber masalah, bencana dan petaka di negeri ini. Kehadiran mereka adalah kutukan dan aib bagi kita semua,” pungkas Bagas Pujilaksono. (bit/lia)

Exit mobile version