Di Yogyakarta, Alumni HMI Sampaikan Pernyataan Sikap

Memberikan Amanah Kepemimpinan Nasional kepada Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar

Temu kangen komunitas alumni HMI lintas generasi dari seluruh Indonesia. (Foto: Istimewa)

ADA yang berbeda di Kota Yogyakarta, tempat berdirinya Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Sabtu (16/12/2023). Pasalnya, di Grand Rohan Jogja digelar temu kangen komunitas alumni HMI lintas generasi dari seluruh Indonesia.

Pada kesempatan itu, sebanyak 180 orang peserta yang hadir diminta untuk menjadi pemilih yang cerdas: menuju Pemilu 2024 berintegritas dan mewujudkan demokrasi berkualitas.

Ketua Panitia, Rochmiyati, mengatakan, untuk pilihan politik diserahkan kepada masing-masing individu. “Di sini hanya membicarakan soal pemilih cerdas,” kata Rochmiyati.

Menurutnya, komunitas alumni HMI yang hadir di Yogyakarta tidak memihak partai atau pasangan Capres dan Cawapres manapun. Apalagi ada arahan politik. “HMI tidak berpolitik, tapi diserahkan kepada masing-masing alumni,” tegasnya.

Apabila ada dukungan kepada salah satu pasangan capres dan cawapres, kata Rochmiyati, itu bukan atas nama HMI. “Tapi masing-masing individu,” ungkapnya.

Rumah besar HMI harus dijaga berlandaskan persatuan. Pilihan politik boleh beda, namun kebersamaan dalam rumah besar HMI akan terus dijaga. Berbeda pilihan boleh, tapi tetap satu keluarga HMI.

Di akhir acara, alumni HMI seluruh Indonesia sampaikan pernyataan sikap. Alumni HMI memegang teguh komitmen tujuan HMI, yakni keislaman dalam kebangsaan. Yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

Komitmen HMI telah mengukir sejarahnya dalam kurun waktu 75 tahun lebih. Kader-kader HMI berada di tengah-tengah masyarakat dan negara dalam ragam profesi dan aktivis, baik dalam kondisi damai maupun kritis.

Dalam menuju Indonesia Emas 2045, seabad kemerdekaan Indonesia, kini menghadapi kondisi global berupa ketidakstabilan, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas yang berada pada ranah politik, ekonomi, teknologi informasi dan lingkungan hidup atau krisis iklim serta kemanusian.

Pada level nasional, kini menghadapi klimaks keterpurukan etika dan moral hukum dan politik yang sangat dalam bersamaan indeks demokrasi yang terus menurun.

Keterpurukan yang sama pada aspek sosial ekonomi: lapangan kerja yang rendah, kemiskinan, harga pemenuhan bahan pokok yang terus meningkat maupun ketidakadilan pembangunan infrastruktur.

Pada aspek hukum pelemahan KPK, Undang-Undang Omnibuslaw yang hanya berpihak pada oligarkhi dan perilaku mafia penegak hukum yang tidak kunjung reda.

Pencapaian Indonesia Emas 2045 yang penuh tantangan global dan kondisi buruk nasional, mutlak memerlukan kepemimpinan nasional yang memiliki karakter kinerja yang energik dan rekam jejak berprestasi nasional dan internasional. Kepemimpinan yang memiliki karakter moral etik yang tinggi, tidak pembohong, culas dan licik.

Atas argumentasi dan realitas tersebut dan kebutuhan kepemimpinan nasional dengan memberikan amanah kepemimpinan nasional kepada pasangan Capres dan Cawapres tahun 2024-2029 Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

“Semoga Allah SWT memberikan jalan kemudahan dan keridhaan,” kata mereka bersama-sama. (Fan)

Exit mobile version