Seiring dengan berbagai permasalahan kemasyarakatan, perkembangan keilmuan melahirkan kajian multidisiplin. Ironisnya, keberadaan matakuliah dengan ciri keilmuan yang berbeda masih dipandang sebelah mata.
Hal itu disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Gatot Sugiharto, SH, MH, pada acara Undergraduate Conference of Multidisplinary Science dengan tema “The Role of Young Intellectuals in 5.0 Society Era” secara daring melalui live channel YouTube Universitas Ahmad Dahlan pada Kamis (10/12/2020) di Kampus Utama UAD Jl Ahmad Yani Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul.
Bagi Gatot, kegiatan yang diadakan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD menjadi sangat penting. “Agar mahasiswa dapat saling belajar multidisiplin keilmuan,” kata Gatot yang berharap mahasiswa mampu berpikir secara holistik atas permasalahan yang ada.
Di sisi lain seperti disampaikan Danang Sukantar, MPd (Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa Bimawa UAD) selaku Ketua Konferensi Mahasiswa Jenjang Sarjana Multidisiplin Ilmu, secara simultan ilmu lintas disiplin termasuk dalam kategori ilmu yang paling cocok untuk menghadapi segala kompleksitas permasalahan global saat ini. “Selain nyaman, studi multidisiplin tersebut mampu menjangkau hampir semua mata pelajaran pengetahuan dan teknologi,” kata Danang Sukantar, didampingi Caraka Putra Bhakti, MPd (Kepala Bidang Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan Bimawa UAD) sebagai wakil ketua.
“Secara spesifik, pendekatan interdisipliner dapat diterapkan sebagai solusi di Indonesia atas tantangan yang kita hadapi, antara lain perubahan iklim, ketenagakerjaan, ekonomi kreatif, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan, media sosial dan negosiasi antarinstitusi,” papar Danang.
Seiring dengan fenomena yang terjadi secara global, dikatakan Caraka Putra Bhakti, Indonesia membutuhkan inovasi pola pendidikan.
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang memiliki 26 ribu mahasiswa S1 harus menjadi katalisator untuk kehidupan yang lebih baik. “Tidak hanya sekarang, tapi juga di masa depan,” tandas Caraka.
Ke depan, Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta akan merintis inovasi pendidikan melalui kolaborasi lintas disiplin dan saling melengkapi serta mengembangkan ilmu multidisiplin dalam Konferensi Sarjana Multidisiplin Ilmu.
“Hal itu sebagai solusi untuk menyebarluaskan gagasan mahasiswa sarjana untuk masa depan yang lebih baik,” papar Caraka.
Adapun call of paper kali ini total ada 1.100 meliputi bidang ilmu pendidikan, teknik, kesehatan, hukum, ekonomi dan bisnis sosial humaniora, bahasa dan ilmu-ilmu yang terkait, dengan jumlah artikel dari skripsi ada 854 dan artikel nonskripsi sebanyak 246.
Kegiatan konferensi ini merupakan tindak lanjut dari Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Menengah Tingkat Nasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA), merupakan kegiatan kemitraan yang mempunyai manfaat sangat besar bagi mahasiswa di masa depan. Rencana, akan diselenggarakan secara rutin dua kali dalam setahun dengan target minimal 10 persen jumlah artikel dari student body mahasiswa S1.
Hal itu untuk menumbuhkan iklim ilmiah dan membangun mahasiswa yang berkarakter melalui slogannya Tangguh, yaitu tekun, amanah, nalar, gesit, gembira, ulet dan humanis.
Peserta sebelumnya mengikuti seminar tentang penulisan artikel ilmiah bagi pemula dengan narasumber adalah Dr Rully Charitas Indra Prahmana, S.Si, MPd (UAD), Rabita Madina (Mawapres Kemendikbud 2020 dari UGM), Khudzaifah Saiful Haq (UAD), Fiddinul Hayat, B.Sc (Technische Hochschule Mittelhessen
Jerman) dan Adi Suharyanto, SIP (Graduate School of Law, Kyushu University Jepang). Selain itu juga ada Rini Nur Utami, SPd (King’s College London Inggris) dan Rizky Gusti Pratiwi, ST, alumni Teknik Kimia UAD tahun 2018 (Khon Kaen University Thailand).
Setelah seminar, dikatakan Caraka Putra Bhakti, dilanjutkan presentasi artikel secara daring yang terbagi dalam 16 kelas presentasi. Setiap kelas dipilih 5 presenter terbaik dan 5 artikel terbaik.
Diharapkan, mahasiswa memiliki budaya meneliti dan menulis. Semakin banyak karya tulis yang dihasilkan dan dimuat pada jurnal atau dipresentasikan dalam konferensi akan memudahkan mahasiswa dalam studi lanjut. (Affan)