Inilah Jogja
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terkini
    • Sleman
    • Bantul
    • Kota Yogya
    • Gunung Kidul
    • Kulon Progo
  • Budaya
  • Pendidikan
  • Nasional
  • Internasional
  • Panemumu
  • Jepretanmu
  • Plesiran
INDEKS
  • Beranda
  • Terkini
    • Sleman
    • Bantul
    • Kota Yogya
    • Gunung Kidul
    • Kulon Progo
  • Budaya
  • Pendidikan
  • Nasional
  • Internasional
  • Panemumu
  • Jepretanmu
  • Plesiran
No Result
View All Result
Inilah Jogja
No Result
View All Result
Home Headline

Agus Widjoyo Mendayung Antara Konsepsi Jalan Tengah dan Dwifungsi ABRI

11 Oktober 2021
3 min read
0
Agus Widjoyo Mendayung Antara Konsepsi Jalan Tengah dan Dwifungsi ABRI

Hendrajit. @ foto int

KALAU Gubernur Lemhanas Pak Agus Widjoyo mau fair, baiknya menyorot dulu apa praktek demokrasi pasca reformasi sudah melahirkan para pemimpin politik nasional dan daerah benar-benar berasal dari rahimnya rakyat.

Kalau sudah, baru supremasi sipil atas militer baru bisa ditegakkan, yang mana presiden atau kepala daerah merupakan wujud dari otoritas sipil tertinggi.

Sehingga kalau Pak Agus bilang tentara itu milih presiden jadi masuk akal. Sayangnya ada dua masalah krusial sejak reformasi, yang berakibat pandangan Pak Agus tidak kontekstual.

BACA JUGA

Bawa Sajam, 3 Pelajar Diamankan Warga Mlati Sleman

Didepan Warga, Kapolda DIY Janji Anak Buahnya Bakal Patroli Hingga Matahari Terbit

3 Mitos Hasrat Seks Wanita yang Salah Kaprah

Pertama, sistem demokrasi kita yang berbasis pemilihan langsung baik legislatif dan eksekutif, dalam politik rekrutmennya dikuasai dan ditentukan oleh sebuah oligarki politik dan konglomerasi ekonomi yang tidak pro rakyat.

Alhasil, pemerintahan terpilih maupun para legislator terpilih sejak hasil pemilu 1999 hingga kini, merupakan agen agen perpanjangan tangan oligarki politik maupun konglomerasi ekonomi.

Dengan begitu, dalam menerapkan supremasi sipil atas militer, didasari niat dan kepentingan subyektif para oknum penguasa, ketimbang atas dasar meritokrasi dan kompetensi dalam memilih para pimpinan tentara.

Kalau meminjam istilah dalam literatur politik yang saya baca waktu kuliah dulu, subjective civilian control lebih diutamakan ketimbang objective civilian control.

Di sinilah pandangan pak Agus jadi tidak kontekstual.

Kedua, untuk sampai pada ucapan Pak Agus dengan menggunakan frase tentara itu milik presiden, Gubernur Lemhanas kita ini kurang imajinatif dalam membaca sejarah pergulatan di TNI dalam menyusun skema dan strategi tentara dalam ikut berpolitik di luar lingkup dunia kemiliteran.

Nah di sini Agus Wijoyo tidak boleh melakukan lompatan kuantum, tanpa menyelami suasana kebatinan TNI pada era 1950-1970.

Sejak era 1950an, wacana tentara berpolitik bertumpu pada gagasan konsepsi “Konsepsi Jalan Tengah” rancangan Jendral Abdul Haris Nadution, KSAD kala itu. Meski konsepsi jalan tengah terkesan moderat dan tidak Nafsu kuasa, namun dalam konsepsi ini terkandung sebuah kesadaran kolektif di dalam kalangan perwira militer, utamanta para pendukung konsepsi Pak Nas, bahwa selain sebagai institusi militer, juga berpotensi sebagai infrastruktur politik. Berarti TNI secara kolektif merupakan kelompok kepentingan dan kelompok penekan. Maka pada prakteknya, TNI bisa menjelma jadi sebuah dewan jendral atau junta militer.

Konsepsi kedua adalah Dwi Fungsi ABRI rancangan Jendral Suharto yang mulai digulirkan pada masa pak Harto mulai berkuasa.

Pak Harto didikan PETA zaman Jepang, lebih dipengaruhi etos samurai dalam pembentukan watak ketentaraannya. Jiwa samurai atau ksatria memang tidak sebatas pada dirinya selaku perwira militer melainlainkan ketika berkiprah sebagai sipil. Namun sifatnya personal, bukan secara kelembagaan. Maka, dalam konsepsi Dwifungsi ABRI, tidak memberi ruang pada tentara sebagai junta militer.

Inilah yang membedakan Suharto dengan Nasution yang didikan KNIL di era Belanda.

Ketika Dwigungsi ABRI dipraktekkan pak Harto, jendral nasution galau karena gagal menerapkan konsepsi jalan tengah yang oleh suharto malah dimodifikasi dmenjaďi Dwi Fungsi Abri.

Di sinilah tragedi nasution. Konsep jalan tengah yg sejatinya mau digiring sebagai junta militer terselubung, pada prakteknya oleh suharto lewat skema dwifungsi abri, dibajak watak politiknya sbg junta, sementara para jendralnya beliau jadikan serdadu tentaranya sekaligus serdadu politiknya.

Begitupun, untuk kembali ke pandangan pak Agus, meski format tni berpolitik lebih menganut mahzab politik Dwifungsi ABRI ala pak Harto selama 32 tahun, semangat dan impian tentara berpolitik berbasis junta militer, tidak pupus begitu saja. Kiranya masih tetap hidup, meski pengaruh politik dan masa hidup Nasution sang konseptor jalan tengah, telah lama tiada.

Makin jadi lahan subur, ketika ototitas sipil di pemerintahan maupun dpr, sejatinya bukan lahir dari rahim rakyat, melainkan dari oligarki politik dan konglomerasi ekonomi. (lia/zus)

Penulis adalah Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan wartawan senior

Tags: HendrajitPanemumu
ShareTweetSend

Related Posts

Presiden IIBF Minta Pemerintah Lebih Perhatikan UMKM
Headline

Menjadi Bangsa Pintar

1 April 2022
Antara Seks, Budaya dan Norma di Indonesia
Headline

Antara Seks, Budaya dan Norma di Indonesia

12 November 2021
Nusantara dari Dulu Kaya Pahlawan
Headline

Nusantara dari Dulu Kaya Pahlawan

10 November 2021

Discussion about this post

Populer

  • Pencuri Uang Rp 9 Juta di Bantul Ditangkap Warga

    Pencuri Uang Rp 9 Juta di Bantul Ditangkap Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BREAKING NEWS: Pom Bensin Baledono Salam Magelang Terbakar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inalillahi…Seorang Wanita Ditemukan Tewas di Wisma Kawasan Pakem Sleman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • VIDEO: DUGAAN MUTILASI MENIMPA WANITA DI SLEMAN YOGYAKARTA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keluarga Besar ReJO Kehilangan Atas Meninggalnya Istri Moeldoko

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Terkini

Bawa Sajam, 3 Pelajar Diamankan Warga Mlati Sleman

Bawa Sajam, 3 Pelajar Diamankan Warga Mlati Sleman

25 Maret 2023
Didepan Warga, Kapolda DIY Janji Anak Buahnya Bakal Patroli Hingga Matahari Terbit

Didepan Warga, Kapolda DIY Janji Anak Buahnya Bakal Patroli Hingga Matahari Terbit

25 Maret 2023
3 Mitos Hasrat Seks Wanita yang Salah Kaprah

3 Mitos Hasrat Seks Wanita yang Salah Kaprah

25 Maret 2023
Warga Gamping Ditemukan Tewas di Perumahan

Warga Gamping Ditemukan Tewas di Perumahan

25 Maret 2023
Pemudik Diprediksi Meningkat jadi 123 Juta, Cuti Bersama Ditambah

Pemudik Diprediksi Meningkat jadi 123 Juta, Cuti Bersama Ditambah

25 Maret 2023
Inilah Jogja

Semangat "Jogja Kembali". Menampilkan berbagai berita yang ada di Yogyakarta. Mencerdaskan masyarakat Yogyakarta melalui program membaca.

Kategori

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak
  • Indeks

© 2020 Inilahjogja

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terkini
    • Sleman
    • Bantul
    • Kota Yogya
    • Gunung Kidul
    • Kulon Progo
  • Budaya
  • Pendidikan
  • Nasional
  • Internasional
  • Panemumu
  • Jepretanmu
  • Plesiran

© 2020 Inilahjogja