DALAM rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat di Dusun Beji, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, mahasiswa Program Studi D-III Farmasi Akademi Farmasi Indonesia (AFI) Yogyakarta sampaikan promosi kesehatan peningkatan pengetahuan di depan ibu-ibu PKK, Sabtu (15/1/2022).
“Khususnya tentang diabetes dan cara penggunaan obat antidiabetes,” kata apt. Mexsi Mutia Rissa, M.Farm selaku dosen pembimbing, Minggu (16/1/2022).
Kegiatan promosi kesehatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan secara langsung atau sosialisasi kepada ibu-ibu PKK Dusun Beji, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Materi disampaikan apt. Heni Riana, S.Farm (Kepala Unit Farmasi RSU Kharisma Paramedika) dan apt. Mexsi Mutia Rissa, M.Farm (AFI Yogyakarta).
Kegiatan ini merupakan pratikum promosi kesehatan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat dan dalam rangka implementasi kerjasama antara Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta dan Rumah Sakit Umum Kharisma Paramedika Kulon Progo.
Dusun Beji yang memiliki 4 RW ini berada di pusat kota dan terletak dalam satu wilayah dengan RSUD Wates. “Tapi, dusun ini jauh dari Puskesmas Wates,” terang Puji Hartono, SIP, selaku Ketua RW 02 Beji.
Kata Puji, anggota PKK yang mengikuti kegiatan ini berusia 40-70 tahun dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda.
Mahasiswa AFI Yogyakarta terdiri dari Dwi Milla Pratiwi, Ervinda, Frida Indar Oktaviani, Iin Puspitasari, Nur Alfiyani, Nur Mila Indah Puspitasari, Nurul Aini Laila Saputri, Nurul Ikawati, yang tergabung dalam Kelompok IV, adakan praktikum promosi kesehatan yang dilakukan secara langsung kepada masyarakat.
“Hal itu dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam tugas nyata praktikum promosi kesehatan,” ungkap Nurul Ikawati selaku ketua kelompok IV, yang menerangkan hal itu dalam rangka meningkatkan pola gaya hidup sehat untuk mencegah diabetes.
Disampaikan Nurul Ikawati, Diabetes Melitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat utama. “Karena komplikasinya bersifat jangka pendek dan jangka panjang,” kata Nurul.
Hal itu, tambah Nurul, berkaitan dengan kadar glukosa darah yang tinggi terus-menerus. Dan secara umum efek merugikan dari hiperglikemia adalah komplikasi makrovaskular (penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan stroke) dan komplikasi mikrovaskular (nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan retinopati).
Bagi Mexsi, kondisi pasien DM yang bisa menjadi komplikasi inilah yang perlu diupayakan untuk dicegah. “Penderita DM masih didominasi oleh usia lansia, di mana usia lansia sudah banyak mengalami kemunduran aktivitas fisiologis tubuh sehingga hal ini perlu mendapat perhatian,” papar Mexsi Mutia Rissa.
Menurut Mexsi, diabetes melitus diperkirakan akan terus meningkat sekitar 700 juta jiwa pada tahun 2045. Dan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati posisi ketiga tertinggi kasus diabetes di Indonesia.
Saat ini banyaknya prevalensi diabetes melitus pada penduduk semua umur di DIY. Jumlah kasus diabetes mellitus di DIY tahun 2020 terdapat 747.712 penderita, penderita DM yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar ada 49.110 penderita atau 63,2 persen.
“Perlu adanya pemberian pengetahuan mengenai diabetes serta cara pencegahan dalam bentuk penyuluhan atau promosi kesehatan,” ungkap Mexsi.
Baginya, promosi kesehatan merupakan upaya terkait memampukan, memberdayakan, dan memandirikan masyarakat maupun individu agar dapat meningkatkan taraf kesehatan. (Fan)