UNTUK kali pertama — dikarenakan adanya pandemi COVID-19 — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta gelar wisuda secara daring (dalam jejaring) di Auditorium Kampus 1 Jalan Kapas 9 Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta, Sabtu (22/8/2020), diikuti 1.581 orang wisudawan dan wisudawati meliputi 1.326 orang (S1) dan 255 orang (S2).
Pada kesempatan itu dimeriahkan nyanyian “Paris Barantai” oleh PSM Ahda Gitana UAD dan penyematan pin alumni UAD oleh Ketua Keluarga Alumni Universitas Ahmad Dahlan (Kamada) Purnomo, ST serta langkah-langkah yang harus ditempuh wisudawan oleh Prof Dr Marsudi Triatmodjo, SH, LLM dari Badan Pengurus Harian (BPH) UAD Yogyakarta.
Rektor UAD, Dr Muchlas, MT, mengatakan, wisuda secara daring atau online ini diikuti wisudawan dan wisudawati dari rumah masing-masing di seluruh tanah air, yang kali ini tidak dialami wisudawan dan wisudawati sebelumnya.
“Saya ucapkan selamat kepada wisudawan dan wisudawati, semoga hal ini memberi kesan unik,” kata Muchlas, yang menambahkan kali ini IPK S1 rata-rata 3,39 dan IPK S2 rata-rata 3,70.
Dikatakan Muchlas, wisuda merupakan titik awal dalam melakukan pengabdian di masyarakat. “Karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh selama kuliah wajib diamalkan di masyarakat,” kata Muchlas.
Selain itu kondisi masyarakat terus berkembang sehingga wisudawan harus dapat beradaptasi. “Wisudawan wajib untuk meningkatkan kemampuan diri dengan ketrampilan yang dibutuhkan dunia usaha dan industri,” katanya.
Kali ini ada enam wisudawan terbaik wisuda periode Agustus 2020, yaitu Muhammad Fahmi Izzuddin (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,98), Ma’rifah Saifullah (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,97), Yusuf Ade Pamungkas (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,96), Bustanika Luthfi Harisna (Prodi Pendidikan Matematika S2), Geri Gebson Gama (Prodi Bahasa dan Sastra Arab IPK 3,92), dan Achmad Aan Munkosim (Prodi Pendidikan Agama Islam IPK 3,92).
Wisudawan yang meraih sarjana tercepat 3 tahun 4 bulan 28 hari adalah Geri Gebson Gama (Prodi Bahasa dan Sastra Arab) dan Achmad Aan Munkosim (Prodi Pendidikan Agama Islam).
Peraih IPK tertinggi adalah Muhammad Fahmi Izzuddin (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,98), Ma’rifah Saifullah (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,97) dan Yusuf Ade Pamungkas (Prodi Ilmu Hadits IPK 3,96).
Sedangkan wisudawan berprestasi adalah Ismi Yuliza (Prodi Akuntansi FEB), Bondan Pratomo (Prodi Pendidikan Fisika FKIP), Nida Alifatun Sajidah (Prodi Psikologi Fakultas Psikologi), Desty Restia Rahmawati (Prodi Farmasi Fakultas Farmasi), Nadia Miftahul Jannah (Prodi Farmasi Fakultas Farmasi), Yunita (Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP), Siti Nurbayanti (Prodi Farmasi Fakultas Farmasi), Yuni Ida Riyani (Prodi Ilmu Hukum FH), Miftahul Jannah (Prodi Sastra Inggris FSBK), Achmad Aan Munkosim (Prodi PAI FAI), Yulita (Prodi BK FKIP) dan Anjeli Agantu (Prodi Psikologi Fakultas Psikologi).
Kali ini, prosesi wisuda sarjana dan magister tidak dilakukan Rektor UAD, tapi dilakukan oleh orangtua atau wali dengan penyematan pin UAD oleh ayahnya dan ibunya menyerahkan ijazah kepada wisudawan dan wisudawati di rumah masing-masing.
Dikatakan Dr Wahyu Widyaningsih, MSi, Apt, Kepala Biro Admisi dan Akademik (BAA) UAD Yogyakarta, konsep wisuda daring ini seperti wisuda konvensional. “Perbedaannya, wisudawan melaksanakan dari rumah masing-masing, sedangkan prosesi wisuda dilakukan orang tua atau wali yang ditandai dengan penyematan pin UAD,” kata Wahyu Widyaningsih.
Bagi Wahyu, wisuda daring ini sebagai penyesuaian terhadap kondisi pandemi Covid-19 dan merupakan gabungan wisuda periode Maret 2020 dan Juli 2020.
Prosesi wisuda kali ini dilaksanakan menggunakan aplikasi Zoom Meeting, yang disiarkan di Youtube UAD setelah didukung penuh dengan teknologi informasi yang dimiliki UAD Yogyakarta.
Dijelaskan Wahyu, bagi mahasiswa yang belum bisa mengikuti wisuda saat ini bisa mengikutinya di lain waktu.
Dan untuk kelancaran wisuda daring, Biro Admisi dan Akademik UAD telah mengirimkan toga, pin dan ijazah kepada para wisudawan.
Sampai pelaksanaan wisuda kali ini masih ada sejumlah mahasiswa yang belum menerima perlengkapan wisuda. “Khususnya di daerah yang tidak terjangkau pelayanan expedisi,” kata Wahyu Widyaningsih, yang menerangkan daerah itu adalah Nabire, Papua. (fan)
Discussion about this post