KETUA Komunitas Kerukunan Keluarga Kawanua atau yang disingkat KKK Hencky Luntungan menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya perusakan rumah ibadah umat muslim atau mushala di Perum Griya Agape, Desa Tumalunto, Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut) Rabu 29 Januari lalu.
Hencky menyerahkan sepenuhnya penanganan peristiwa tersebut kepada pemerintah setempat dan aparat penegak hukum. Dia juga meminta peristiwa itu diselesaikan secepatnya.
“Saya sebagai salah satu Ketua KKK menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya peristiwa itu. Kami serahkan semuanya pada aparat hukum dan pemerintah setempat,” kata Hencky Luntungan kepada wartawan di Jakarta Jumat 31 Januari 2020.
Pembina Ikatan Keluarga Bolamongondo, Sangihe dan Minahasa (BOSAMI) ini meminta agar peristiwa tersebut jangan diprovokasi dan dijadikan komunditas politik. Sehinga, tidak terjadi konflik sosial di Minahasa Utara.
“Jangan diprovokasi dari luar. Jangan pula ada orang luar daerah yang menjadi pahlawan di Minahasa. Biarlah pemerintah setempat dan aparat disana yang menangani,” kata dia.
Pendiri partai Demokrat ini mengingatkan, penanganan konflik daerah di Kalimantan Tengah dan perang adat Dayak di Kalimantan Timur menjadi pelajaran yang bisa diterapkan di Minahasa Utara.
Dia mengatakan, masing-masing daerah mempunyai adat dan budaya tersendiri. Seluruh daerah, lanjut dia, sudah sepkat akan bersatu dalam bingkai NKRI.
“Mari kita tatap masa depan dalam persatuan NKRI. Bangkit dan bersatu bersama,” pungkasnya.
Sebelumnya, sekelompok orang mendatangi rumah ibadah umat muslim di Perum Griya Agape, Desa Tumalunto, Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara Rabu 29 Januari. Kedatangan mereka menanyakan ijin rumah tersebut yang dijadikan tempat ibadah. Namun sempat terjadi perdebatan dan pengelola tidak bisa menunjukkan perizinan sehingga terjadilah perusakan. (nurtia)