MAHASISWA Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler 88 Unit XXI C.1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berkunjung ke Usaha Kecil dan Menengah (UKM) growol terbesar yang ada di Tangkisan 1.
Makanan tradisional yang berada di Padukuhan Tangkisan 1, Kelurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulonprogo, menjadi tempat mahasiswa UAD melaksakan kegiatan KKN.
Di tempat tersebut menghasilkan kekayaan alam yang sangat melimpah seperti kelapa dan aren, yang dimanfaatkan penduduk menjadi mata pencaharian sehari-hari.
Penduduk tersebut dikenal sebagai petani gula Jawa atau penderes. Selain petani gula Jawa, ada juga yang lebih menarik dari Padukuhan Tangkisan 1 ini, yaitu produksi growolnya.
Makanan khas yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat di luar DIY ini sangat terkenal pada zaman dahulu. Ketika padi sulit didapatkan banyak masyarakat Indonesia yang menanam ketela untuk menjadi makanan pokok pengganti nasi.
Produksi growol dari salah satu warga di Tangkisan 1 bernama Suraji — yang sudah memproduksi growol selama 17 tahun — mencapai berton-ton.
Menurut Suraji, pembuatan growol sudah menjadi pekerjaan terun-temurun sehingga melanjutkan dari usaha keluarga dan sudah lama.
Dari zaman nenek moyang sudah ada growol. Waktu masa penjajahan pun sudah ada. Pemberian nama growol itu kemungkinan karena bentuknya yang growol. “Karena bentuknya kasar dianggap growol,” jelas Suraji, Sabtu (26/2/2022).
Growol merupakan makanan berbahan dasar singkong, yang kemudian difermentasi untuk menuju proses-proses selanjutnya hingga menjadi growol yang siap disantap.
Growol bisa dikirim ke luar pulau Jawa, tapi hanya bisa bertahan selama 3 hari. Dan hari ke-4 bisa dimakan lagi, tapi harus dikukus ulang.
Berbahan dasar singkong sudah tentu growol memiliki kandungan karbohidrat yang mengenyangkan.
Bahan makanan dengan kadar gula rendah ini sangat cocok untuk orang yang mempunyai riwayat penyakit diabetes.
Warga Tangkisan 1 biasanya mengonsumsi growol sebagai makanan pengganti nasi. Karena growol memiliki rasa yang hambar, maka growol dapat dinikmati dengan lauk tambahan seperti layaknya nasi pada umumnya, yang menggunakan berbagai macam lauk.
Makanan tradisional satu ini sempat menjadi primadona waktu padi masih susah didapatkan. Kemudian menjadi terkenal lagi ketika gempa di Bantul, yang mengakibatkan bahan pokok susah didapatkan.
Untuk harganya sendiri temasuk masih terjangkau dan ekonomis, yaitu 1 teng growol dibandrol dengan harga yang sangat terjangkau sebesar Rp 24 ribu.
Pembeligrowol kebanyakan dari penjual sayur keliling maupun penjual sayur yang mempunyai lapak di pasar. (Fan)
Discussion about this post