21 Gunungan Meriahkan Merti Deso Caturharjo

Salah satu gunungan yang diarak dalam Merti Deso Caturharjo, Kapanewon Sleman, Yogyakarta, Sabtu 13 Agustus 2022. @ foto InilahJogja

RIBUAN masyarakat dari 20 padukuhan Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Sleman, Yogyakarta mengikuti kirab yang digelar Sabtu sore, 13 Agustus 2022.

Mereka terlihat mengarak gunungan serta mempertontonkan kesenian tradisional sembari berjalan sekitar 2 kilometer sebelum akhirnya tiba di kantor Kalurahan tersebut.

Lurah Kalurahan Caturharjo Agus Suranto mengatakan, kirab digelar dalam rangka Merti Deso sekaligus ulang tahun Kalurahan Caturharjo yang ke 70.

Lurah Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Sleman, Yogyakarta Agus Sutanto. @ foto InilahJogja

Kata Agus, tahun 2022 ini Caturharjo masuk dalam kategori Kalurahan budaya. Maka itu, pihaknya mengadakan kegiatan Merti Deso.

“Ada 21 Gunungan yang diarak oleh masyarakat. Sebanyak 20 gunungan berasal dari 20 padukan yang ada di Caturharjo. Ditambah satu gunungan lagi sebagai maskot dari Kalurahan Caturharjo,” ujar Agus.

Dijelaskan Agus, gunungan tersebut berisi hasil panen warga yang ada di Kalurahan Caturharjo.

“Jadi gunungan itu merupakan hasil panen warga. Semuanya hasil panen warga sini. Tidak ada yang beli,” urainya.

Istri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas saat hadir dalam acara Merti Deso Caturharjo, Sabtu 13 Agustus 2022. @ foto InilahJogja

Ditempat yang sama istri Gubernur DIY Sri Sultan HB X, GKR Hemas mengungkapkan, kegiatan kirab seperti ini sudah tertahan sejak dua tahun lantaran pandemi Covid-19.

“Ini merupakan salah satu wujud untuk melestarikan Jogja sebagai tempat budaya,” ujarnya.

Dirinya berharap, kedepan, Yogyakarta jangan banyak dibangun rumah lagi. Karena, hal itu bisa menghabiskan lahan pertanian.

Ia menjelaskan, kirab seperti ini penting dilakukan karena masyarakat ingin melihat hasil pertanian yang melimpah.

“Masyarakat juga ingin melihat keguyuban warga. Keguyuban sangat penting karena untuk mempersatukan masyarakat juga. Jangan sampai masyarakat Yogyakarta terpecah belah,” pungkasnya. (fat/zil)

Exit mobile version